Penyesalan


Aldo adalah seorang mahasiswa di sebuah perguruan tinggi di Jakarta. Ia adalah pria yang sangat pintar, sopan, baik hati, dan dermawan. Ia punya seorang sahabat wanita yang sangat dekat dengannya, nama wanita itu adalah Rini. Mereka bersahabat semenjak SMA. Sifat Rini sangat mirip dengan Aldo. Di SMA mereka selalu menempati peringkat tiga besar di kelasnya. Anehnya, Aldo selalu berada dibawah Rini. Selain itu, mereka berdua juga mengikuti organisasi yang bergerak di bidang kemanusiaan. Persahabatan tersebut terus berlanjut sampai sekarang. Di perguruan tinggi, mereka masih aktif di organisasi bidang kemanusiaan tersebut. Walaupun tak seaktif dulu. Kemanapun, mereka selalu bersama.
Suatu hari ketika keduanya sedang duduk berdua di kantin kampus mereka, ada sesuatu yang berbeda dari mereka. Biasanya obrolan mereka ngelantur kemana-mana. Tapi hari itu mereka berdua terlibat obrolan serius.
            “Kita bersahabat sejak SMA kan?” tanya Aldo pada Rini.
            “Iya! Terus kenapa?” Rini balik bertanya.
            “ Apa kamu gak bosen kita sahabatan terus?”
            “Maksud kamu, kamu bosen sahabatan sama aku?” kata Rini sambil agak sedikit marah.
            “Eh, eh.... bukan begitu! Maksud aku apa gak sebaiknya ada hubungan yang lebih dari itu diantara kita?” tanya Aldo.
            “Maksudnya kita pacaran?” tanyanya lagi dengan agak kaget dan sedikit malu.
            “I, I, Iya” jawab Aldo. “Kamu mau gak jadi pa..pa...pacar aku?”
            “Aduh gimana ya?” jawab Rini ragu-ragu.
            “Please....!” pinta Aldo.
            “Iya deh aku mau.” jawab Rini dengan pasti.
Akhirnya semenjak saat itu mereka resmi berpacaran. Hubungan mereka makin dekat dan makin serasi.
Suatu hari, saat mereka sedang berdua, tiba-tiba Rini merasa sangat pusing. Aldo panik melihatnya.
            “Kamu kenapa?” tanya Aldo.
            “Gak, gak apa-apa!” jawab Rini.
            “Tapi, muka kamu pucat! Mau aku bawa ke rumah sakit?” kata Aldo.
            “Udah gak usah. Aku gak apa-apa.” jawab Rini.
            “Ya udah sekarang aku antar kamu pulang”
Akhirnya, Aldo mengantarkan Rini  pulang. Sesampainya di Rumah Rini, Aldo menyuruh Rini istirahat dan menyuruh Rini untuk meneleponnya bila ada apa-apa. Rumah Rini memang kosong karena orang tuanya sedang pergi ke luar negeri.
Keesokan harinya, Rini menelpon Aldo. Rini meminta Aldo untuk mengantarnya ke rumah sakit. Di RS, Rini diperiksa keadaannya oleh dokter. Pemeriksaan berlangsung lama. Entah apa yang diperiksa. Setelah beberapa lama, dokter pun keluar dengan muka serius dan mengajak Aldo membicarakan keadaan Rini. Sedangkan Rini masih berbaring di ruang periksa. Saat itu terjadi obrolan serius antara dokter dan Aldo.
            “Dok, bagaimana keadaan Rini?”
            “Sebentar ya. Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan, ternyata terdeteksi ada sel-sel kanker di otak saudara Rini.” jelas dokter.
            “Astagfirullah. Apakah itu benar dok?” tanya Aldo dengan kagetnya.
            “Memang begitu  hasil pemeriksaannya. Keadaan saudara Rini harus selalu dijaga dengan baik. Karena, dengan badan yang  fit sel-sel kanker itu mungkin dapat ditangani.” jelas dokter. “Tapi, saran saya hal ini jangan diberitahukan dulu pada saudara Rini karena dapat membuat mentalnya down.” tambah dokter.
            “Baik Dok, saya akan menjaganya.”
Hari demi hari, Aldo selalu menjaga keadaan Rini tanpa memberitahukannya pada Rini. Aldo hanya bilang pada Rini bahwa Rini hanya kecapean dan harus banyak istirahat. Makin lama, perhatian Aldo pada Rini makin berlebihan. Hal ini membuat Rini curiga tentang keadaan dirinya. Akhirnya Rini bertanya tentang keadaan dirinya pada Aldo. Rini meminta kejujuran dari Aldo.
            “Sebenarya aku ini kenapa sih?” tanya Rini.
            “Kamu hanya kecapean saja.”
            “Aku mau minta kejujuran kamu Do, tidak mungkin kamu over protective  gini sama aku kalau aku hanya sakit biasa!” desak Rini.
            “Kalo aku bilang gak ada apa-apa, ya gak ada apa-apa!” bentak Aldo.
            “Kok kamu gitu sih sama aku? Apa maksud kamu?” tanya Rini dengan sedikit sedih.
            “Maaf Rin, aku gak bermaksud gitu. Aku cuma khawatir pada kamu.” jawab Aldo.
            “Kalau kamu mau aku menuruti kata-kata kamu, aku mohon beritahu aku tentang semua yang kamu sembunyikan. Aku tahu kamu menyembunyikan sesuatu dari aku.” pinta Rini pada Aldo.
            “Baikah aku akan meberi tahu tentang penyakitmu. Tapi kamu harus janji agar kamu mau menuruti semua nasihatku demi kesehatanmu.”
            “Baiklah.”
            “Sebenarnya kamu menderita kanker di otakmu dan seharusnya aku tidak boleh memberitahukan ini padamu.”
            “Be...benarkah?” tanyanya dengan perasaan kaget dan kemudian terdiam selama beberapa saat.
Akhirnya hari itupun berlalu. Aldo mengantar Rini pulang kerumahnya. Aldo menjaga Rini sampai orang tuanya pulang malam harinya. Aldo berpesan pada Rini agar tidak kemana-mana. Tapi ketika Aldo berjaga dan kemudian tertidur di ruang tamu, Rini mengendap-endap keluar menuju rumah sakit dan tidak menghiraukan nasihat dari Aldo. Ia ingin memastikan keadaannya pada dokter yang dulu memeriksanya karena ia tidak percaya bahwa dirinya terkena kanker.
Akhirnya sampailah ia di rumah sakit. Ketika ia mencari dokter yang waktu itu memeriksanya, tiba-tiba ada seorang perawat yang waktu itu juga memeriksanya.
            ”Mba! Mba yang waktu itu saya periksa kan?” tanya perawat itu.
            “Iya, ada apa ya Sus?”
            “Maaf mba, waktu itu kami salah memberikan diagnosa. Diagnosa hasil pemeriksaan mba tertukar dengan pasien lain dan mba hanya mengalami kecapean saja.” jelasnya.
            “Benarkah? Alhamdulillah.”
Akhirnya ia kembali ke rumahnya di malam hari. Ketika sampai, orang tuanya telah pulang dari Luar Negeri. Ia memeluk kedua orang tuanya. Ia memberitahukan kabar gembira yang ia miliki. Tapi setelah Rini memberitahukan pada Ibunya, ibunya menangis. Rini heran.
            “Ma, kok nangis? O ya Aldo dimana?” tanya Rini.
            “Rin, tadi ketika kami pulang ada Aldo disini lalu kemudian ia mencarimu. Ia sangat khawatir padamu. Ia mencarimu keluar. Tapi sepuluh menit yang lalu ada kabar bahwa Aldo kecelakaan dan meninggal seketika karena ia jatuh dari motornya ketika ia mencarimu.” Jelas orang tua Rini.
Rini terdiam lemah mendengar cerita itu. Ia menangis sejadi-jadinya. Orang tuanya pun segera menenangkan Rini. Kesokan harinya tibalah hari pemakaman Aldo. Di pemakaman, Rini menangis lagi dan menghampiri makam Aldo dan meminta maaf pada Aldo karena telah melanggar janjinya untuk menuruti nasihat Aldo. Ia menganggap bahwa kematian Aldo diakibatkan karena ia tidak menuruti Aldo. Rini menyesali perbuatannya tersebut. 

 By : Fajar Z

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Online Project management